NAMA : Astrid Dwi Kurnia
NPM : 11513464
KELAS : 3PA16
TUGAS : 2
- Teori
dan Teknik-teknik Terapi Humanistik Eksistensial
Terapi
eksistensial humanistik adalah terapi yang sesuai dalam memberikan bantuan
kepada klien. Karena teori ini mencakup pengakuan eksistensialisme terhadap
kekacauan, keniscayaan, keputusasaan manusia kedalam dunia tempat dia
bertanggung jawab atas dirinya.
Beberapa
tokoh dalam humanistik eksistensial, salah satunya adalah Abraham Maslow
menyebutnya sebagai teori holistic-dinamis karena teori ini menganggap bahwa
keseluruhan dari seseorang termotivasi oleh satu atau lebih kebutuhan dan orang
memiliki potensi untuk tumbuh menuju kesehatan psikologis yaitu aktualisasi
diri. Untuk memnuhi aktualisasi diri, ada beberapa kebutuhan mendasar yang
harus dipenuhi yaitu kebutuhan akan lapar, keamanan, cinta, dan harga diri.
Setelah itu semua terpenuhi, maka seseorang bisa mencapai aktualisasi diri.
Tujuan
mendasar eksistensial humanistik adalah membantu individu menemukan nilai, makna,
dan tujuan dalam hidup manusia sendiri. Juga diarahkan untuk membantu klien
agar menjadi lebih sadar bahwa mereka memiliki kebebasan untuk memilih dan
bertindak, dan kemudian membantu mereka membuat pilihan hidup yang
memungkinkannya dapat mengaktualisasikan diri dan mencapai kehidupan yang
bermakna.
- Konsep
Terapi Eksistensial Humanistik
Terapi
Eksistensial humanistik berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini terutama
adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alih-alih suatu
sistem tehnik-tehnik yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Eksistensial
humanistik berasumsi bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensipotensi yang
baik minimal lebih banyak baiknya dari pada buruknya. Terapi eksistensial
humanistik memusatkan perhatian untuk menelaah kualitas-kualitas insani, yakni
sifat-sifat dan kemampuan khusus manusia yang terpateri pada eksistensial
manusia, seperti kemampuan abstraksi, daya analisis dan sintesis, imajinasi,
kreatifitas, kebebasan sikap etis dan rasa estetika. Terapi eksistensial
humanistik berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini terutama adalah suatu
sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alihalih suatu sistem
tehnik-tehnik yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Oleh karena itu,
pendekatan eksistensial humanistik bukan justru aliran terapi, bukan pula suatu
teori tunggal yang sistematik suatu pendekatan yang mencakup terapiterapi yang
berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep-konsep dan asumsiasumsi tentang
manusia.
Pendekatan
eksistensial humanistik mengembalikan pribadi kepada fokus sentral, memberikan
gambaran tentang manusia pada tarafnya yang tertinggi. Ia menunjukkan bahwa
manusia selalu ada dalam proses pemenjadian dan bahwa manusia secara sinambung
mengaktualkan dan memenuhi potensinya. Pendekatan eksistensial humanistik
secara tajam berfokus pada fakta-fakta utama keberadaan manusia, kesadaran
diri, dan kebebasan yang konsisten.
Menurut
teori dari Albert Ellis yang berhubungan dengan eksistensi manusia. Ia
menyatakan bahwa manusia bukanlah makhluk yang sepenuhnya ditentukan secara
biologis dan didorong oleh naluri-naluri. Ia melihat sebagai individu sebagai
unik dan memiliki kekuatan untuk menghadapi keterbatasan-keterbatasan untuk
merubah pandangan-pandangan dan nilai-nilai dasar dan untuk mengatasi
kecenderungan-kecenderungan menolak diri-sendiri. Manusia mempunyai kesanggupan
untuk mengkonfrontasikan sistem-sistem nilainya sendiri dan menindoktrinasi
diri dengan keyakinan-keyakinan, gagasan-gagasan dan nilai yang berbeda,
sehingga akibatnya, mereka akan bertingkah laku yang berbeda dengan cara mereka
bertingkah laku dimasa lalu. Jadi karena
berfikir dan bertindak sampai menjadikan dirinya bertambah, mereka bukan
korban-korban pengondisian masa lalu yang positif.
- Teknik
Terapi
Teknik
utama eksistensial humanistik pada dasarnya adalah penggunaan pribadi konselor
dan hubungan konselor-konseli sebagai kondisi perubahan. Namun eksistensial
humanistik juga merekomendasikan beberapa teknik (pendekatan) khusus seperti
menghayati keberadaan dunia obyektif dan subyektif klien, pengalaman
pertumbuhan simbolik (suatu bentuk interpretasi dan pengakuan dasar tentang
dimensi-dimensi simbolik dari pengalaman yang mengarahkan pada kesadaran yang
lebih tinggi, pengungkapan makna, dan pertumbuhan pribadi).
Teknik
dalam terapi ini antara lain:
Ø Penerimaan
Ø Rasa
hormat
Ø Pemahaman
Ø Menentramkan
hati
Ø Pertanyaan
terbatas
Ø Memantulkan
pertanyaan dan perasaan
Pada
saat terapis menemukan keseluruhan dari diri klien, maka saat itulah proses
terapeutik berada pada saat yang terbaik. Penemuan kreatifitas diri terapis
muncul dari ikatan saling percaya dan kerjasama yang bermakna dari klien dan
terapis. Proses konseling oleh para eksistensial meliputi tiga tahap yaitu:
Tahap pertama,
konselor membantu klien dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi
mereka terhadap dunia. Klien diajak mendefinisikan cara pandang agar eksistensi
mereka diterima. Konselor mengajarkan mereka bercermin pada eksistensi mereka
dan meneliti peran mereka dalam hal penciptaan masalah dalam kehidupan mereka.
Pada tahap kedua,
klien didorong agar bersemangat untuk lebih dalam meneliti sumber dan otoritas
dari sistem mereka. Semangat ini akan memberikan klien pemahaman baru dan
restrukturisasi nilai dan sikap mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik
dan dianggap pantas.
Tahap ketiga,
berfokus pada untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang
diri mereka. Klien didorong untuk mengaplikasikan nilai barunya dengan jalan
yang kongkrit. Klien biasanya akan menemukan kekuatan untuk menjalani
eksistensi kehidupanya yang memiliki tujuan. Dalam perspektif eksistensial,
teknik sendiri dipandang alat untuk membuat klien sadar akan pilihan mereka,
serta bertanggungjawab atas penggunaaan kebebasan pribadinya.
- Konsep Dasar
Pandangan Carl Rogers dan Teknik-teknik terapinya
Metode
yang diterapkan Rogers dalam psikoterapi awalnya disebut non direktive atau
terapi yang berpusat pada klien (client centered therapy), dan pioner dalam risetnya
pada proses terapi. Pendekatan terapi yang berpusat pada klien dari Rogers
sebagai metode untuk memahami orang lain, menangani masalah-masalah gangguan
emosional. Rogers berkeyakinan bahwa pandangan humanistik dan holisme terhadap
nilai-nilai kemanusiaan. Dalam teorinya, klien diajak untuk memahami diri dan
pada akhirnya menyadari untuk mengembangkan diri secara utuh.
Lima
sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being), yaitu :
- Keterbukaan
pada pengalaman.
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah
orang yang menerima semua pengalaman dengan fleksibel sehingga selalu timbul
persepsi baru. Dengan demikian ia akan mengalami banyak emosi (emosional) baik
yang positip maupun negatif.
- Kehidupan
ekstansial
Kualitas dari kehidupan eksistensial
dimana orang terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan
sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai
respons atas pengalaman selanjutnya.
- Kepercayan
terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman akan menjadi hidup ketika
seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan
bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar (timbul seketika dan intuitif)
sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat
baik.
- Perasaan
bebas
Orang yang sehat secara psikologis dapat
membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan
antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu
perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa
depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau
sehingga ia dapat meilhat sangat banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa
mampu melakukan apa saja yang ingin dilakukannya.
- Kreatifitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan
kepercayaan kepada organisme mereka sendiri akan mendorong seseorang untuk
memiliki kreativitas dengan cirri-ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif,
berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus
kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya.
Carl
Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling
menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu
individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien
sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas
terapist hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers,
teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist bukanlah hal yang penting
dalam melakukan treatment kepada klien.
Menurut
Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri.
Aktualisasi
diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan
potensi -potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau
dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak - kanak.
Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang.
Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran
aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.
Pandangan
ini dikembangkan berdasarkan terapi yang dilakukannya. Kehidupan yang
sebaik-baiknya bukan sasaran yang harus dicapai, tetapi arah dimana orang dapat
berpartisipasi sepenuhnya sesuai dengan potensi alamiahnya. Berfungsi utuh
adalah istilah yang dipakai Rogers untuk menggambarkan individu yang memakai
kapasitas dan bakatnya, merelisasi potensinya, dan bergerak menuju pemahaman
yang lengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang pengalamannya /
unconditional positive regards.
Menurut
Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru
memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
- Menjadi
manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak
harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
- Siswa
akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian
bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai
bagian yang bermakna bagi siswa
- Pengorganisasian
bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai
bagian yang bermakna bagi siswa.
- Belajar
yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Rogers
menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip belajar humanistik yang penting
diantaranya ialah :
- Manusia
itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
- Belajar
yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai
relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
- Belajar
yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri
diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
- Tugas-tugas
belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan
apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
- Apabila
ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan
berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
- Belajar
yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
- Belajar
diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut
bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
- Belajar
inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan
maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam
dan lestari.
- Kepercayaan
terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai
terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya
sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
- Belajar
yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar
mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap
pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan
itu.
Salah
satu model pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar guru yang fasilitatif
yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975
mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang mendukung yaitu
empati, penghargaan dan umpan balik positif.
Carl
Rogers menyatakan pentingnya penerimaan tanpa syarat, penghargaan dan hubungan
yang nyaman antara terapis dan klien, hubungan dialogis yang memberdayakan
klien untuk mencapai aktualisasi diri siswa (dalam Palmer, 2003). Implikasi
ajaran tersebut dalam bidang pendidikan adalah perlunya perilaku guru yang
menerima siswa sesuai potensinya, menciptakan hubungan yang saling percaya dan
nyaman, hubungan dialogis yang memberdayakan siswa untuk mencapai aktualisasi
diri. Pengajaran yang baik adalah “proses yang mengundang siswa untuk melihat
dirinya sebagai orang yang mampu, bernilai, dan mengarahkan diri sendiri, dan
pemberian semangat kepada mereka untuk berbuat sesuai dengan persepsi dirinya
tersebut” (Purkey & Novak, dalam Eggen & Kauchak, 1997).
Kelemahan
atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata-mata
melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta
perkembangan orang lain. Rogers berpandangan bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya
tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang
berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.
Dalam
dunia psikologi Rogers selalu dihubungkan dengan metode psikoterapi yang
dikemukakan dan dikembangkannya. Terapi yang dikemukakannya itu dinamakan:
non-directive therapy atau client centered therapy.
Non-directive
therapy ini menjadi popular karena:
- Secara
historis lebih terikat kepada psikologi daripada kedokteran
- Mudah
dipelajari
- Untuk
mempergunakannya dibutuhkan sedikit atau tanpa pengetahuan mengenai
diagnosis dan dinamika kepribadian
- Lamanya
perawatan lebih singkat jika dibandingkan misalnya dengan terapi secara
psikoanalistis.
Dasar
dari teknik ini adalah manusia mampu memulai sendiri arah perkembangannya dan
menciptakan kesehatan dan
menyesuaikannya. Sebab itu, konselor harus mempergunakan teknisnya untuk
memajukan tendensi perkembangan klien tidak secara langsung tetapi dengan
menciptakan kondisi perkembangan yang positif dengan cara permisif. Konselor
sebanyak mungkin membatasi diri dengan tidak memberikan nasihat, pedoman,
kritik, penilaian, tafsiran, rencana, harapan, dan sebagainya.
Dengan
cara ini, konselor dapat membantu klien untuk mengemukakan pengertiannya dan
rencana hidupnya. Untuk memungkinkan pemahaman ini konselor diharapkan bersifat
dan bersikap:
- Menerima
(Acceptance)
Sikap
terapis yang ditujukan agar klien dapat melihat dan mengembangkan diri apa
adanya.
- Kehangatan
(Warmth)
Ditujukan agar
klien merasa aman
dan memiliki penilaian yang lebih positif tentang dirinya.
- Tampil
apa adanya (Genuine)
Kewajaran
yang perlu ditampilkan oleh terapis agar klien memiliki sikap positif.
- Empati
(Emphaty)
Menempatkan
diri dalam kerangka acuan batiniah (internal frame of reference), klien akan memberikan manfaat besar dalam
memahami diri dan problematikanya.
- Penerimaan
tanpa syarat (Unconditional
positive regard)
Sikap
penghargaan tanpa tuntutan yang ditunjukkan terapis pada klien, betapapun negatif perilaku atau sifat klien, yang
kemudian sangat bermanfaat dalam pemecahan masalah.
- Transparansi
(Transparancy)
Penampilan
terapi yang transparan atau tanpa topeng pada saat terapi berlangsung maupun
dalam kehidupan keseharian merupakan
hal yang penting bagi klien untuk
mempercayai dan menimbulkan rasa aman terhadap segala sesuatu yang diutarakan.
- Kongruensi
(Congruence)
Konselor
dan klien berada pada hubungan yang sejajar dalam relasi terapeutik yang sehat. Terapis bukanlah orang yang
memiliki kedudukan lebih tinggi dari kliennya.
Kondisi-kondisi
yang memungkinkan klien mengubah diri
secara konstruktif mengharuskan klien dan terapis berada dalam kontak
psikologis. Dengan demikian, akan dapat dilihat perubahan yang terjadi dalam
proses terapi antara lain :
- Klien
akan mengekspresikan pengalaman dan perasaannya tentang kehidupan, dan
problem yang dihadapi.
- Klien
akan berkembang menjadi orang yang dapat menilai secara tepat makna
perasaannya.
- Klien
mulai merasakan self concept antara dirinya dan pengalaman mereka.
- Klien
sadar penuh akan perasaan yang mengganggu.
- Klien
mampu mengenal konsep diri dengan terapi yang tidak mengancam.
- Ketika
terapi dilanjutkan, konsep dirinya menjadi congruence.
- Mereka
mengembangkan kemampuan dengan pengalaman yang dibentuk oleh unconditional
positive regard.
- Mereka
akan mengevaluasi pengalaman-pengalamannya sehingga mampu berelasi sosial
dengan baik.
- Mereka
menjadi positif dalam menghargai diri sendiri.
Setelah
terapi, klien akan mendapatkan insight secara mendalam terhadap diri dan
permasalahannya.
- Mereka
menjadi terbuka terhadap pengalaman dan perasaannya sendiri.
- Dalam
pengalamannya sehari-hari mereka bisa mentransendensikan, jika diperlukan.
- Mereka
menjadi kreatif. Mereka merasa dalam hidup menjadi lebih baik, juga dalam
hubungan dengan orang lain.
Kelemahan
atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata – mata
melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta
perkembangan orang lain. Rogers berpandangan bahwa orang yang berfungsi
sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang
berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.
Selain
itu gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan respon secara realistis
terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima. Semua orang tidak bisa
melepaskan subjektivitas dalam memandang dunia karena kita sendiri tidak tahu
dunia itu secara objektif.
Rogers
juga mengabaikan aspek-aspek tidak sadar dalam tingkah laku manusia karena ia
lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan masa depan, bukannya pada masa
lampau yang biasanya penuh dengan pengalaman traumatik yang menyebabkan
seseorang mengalami suatu penyakit psikologis.
- Pandangan Frankl
dan Teknik Terapinya
Teori
dan terapi Viktor Frankl lahir dari pengalamannya selama menjadi tawanan di
kamp konsentrasi Nazi. Di sana, ia menyaksikan banyak orang yang mampu bertahan
hidup atau mati di tengah siksaan. Hingga akhirnya dia menganggap bahwa mereka
yang tetap berharap bisa bersatu dengan orang-orang yang dicintai, punya urusan
yang harus diselesaikan di masa depan, punya keyakinan kuat, memiliki
kesempatan lebih banyak daripada yang kehilangan harapan.
Frankl
menamakan terapinya dengan logoterapi, dari kata Yunani, “logos”, yang berarti
pelajaran, kata, ruh, Tuhan atau makna. Frankl menekankan pada makna sebagai
pegertian logos. Bila Freud dan Addler menekankan pada kehendak pada kesenangan
sebagai sumber dorongan. Maka, Frankl menekankan kehendak untuk makna sebagai
sumber utama motivasi.
Logoterapi
percaya bahwa perjuangan untuk menemukan makna hidup dalam hidup seseorang
merupakan motivator utama orang tersebut. Logoterapi berusaha membuat pasien
menyadari tanggungjawab dirinya dan memberinya kesempatan untuk memilih, untuk
apa, atau kepada siapa dia merasa bertanggungjawab. Logoterapi tidak menggurui
atau berkotbah melainkan pasien sendiri yang harus memutuskan apakah tugas
hidupnya bertanggung jawab terhadap masyarakat, atau terhadap hati nuraninya
sendiri.
Selain
itu, Frankl juga menggunakan noös yang berarti jiwa/pikiran. Bila psikoanalisis
terfokus pada psikodinamik, yakni manusia dianggap berusaha mengatasi dan mengurangi
ketegangan psikologis. Namun, Frankl menyatakan seharusnya lebih mementingkan
noödinamik, yaitu ketegangan menjadi unsur penting bagi keseimbangan dan
kesehatan jiwa. Bagaimana pun, orang menginginkan adanya ketegangan ketika
mereka berusaha mencapai tujuan.
Menurut
Frankl logoterapi memiliki wawasan mengenai manusia yang berlandaskan tiga
pilar filosofis yang satu dengan lainya erat hubunganya dan saling menunjang
yaitu:
a.
Kebebasan berkehendak (Freedom of Will)
Dalam
pandangan logoterapi, manusia adalah mahluk yang istimewa karena mempunyai
kebebasan. Kebebasan disini bukanlah kebebasan yang mutlak, tetapi kebebasan
yang bertanggungjawab. Kebebasan manusia bukanlah kebebasan dari (freedom from)
kondisi-kondisi biologis, psikologis dan sosiokultural tetapi lebih kepada
kebebasan untuk mengambil sikap (freedom to take a stand) atas kondisi-kondisi
tersebut. Kelebihan manusia yang lain adalah kemampuan untuk mengambil jarak
(to detach) terhadap kondisi di luar dirinya, bahkan manusia juga mempunyai kemampuan-kemampuan
mengambil jarak terhadap dirinya sendiri (self detachment). Kemampuan-kemampuan
inilah yang kemudian membuat manusia disebut sebagai “the self deteming being”
yang berarti manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan sendiri apa yang dianggap
penting dalam hidupnya.
b.
Kehendak Hidup Bermakna (The Will to Meaning)
Menurut
Frankl, motivasi hidup manusia yang utama adalah mencari makna. Ini berbeda
denga psikoanalisa yang memandang manusia adalah pencari kesenangan atau juga
pandangan psikologi individual bahwa manusia adalah pencari kekuasaan. Menurut
logoterapi bahwa kesenagan adalah efek dari pemenuhan makna, sedangkan
kekuasaan merupakan prasyarat bagi pemenuhan makna itu. Mengenal makna itu
sendiri menurut Frankl bersifat menarik (to pull) dan menawari (to offer)
bukannya mendorong (to push). Karena sifatnya menarik itu maka individu
termotivasi untuk memenuhinya agar ia menjadi individu yang bermakna dengan
berbagai kegiatan yang sarat dengan makna.
c. Makna Hidup (The Meaning Of Life)
Makna
hidup adalah sesuatu yang dianggap penting, benar dan didambakan serta
memberikan nilai khusus bagi seseorang. Untuk tujuan praktis makna hidup
dianggap identik dengan tujuan hidup. Makna hidup bisa berbeda antara manusia
satu dengan yang lainya dan berbeda setiap hari, bahkan setiap jam. Karena itu,
yang penting bukan makna hidup secara umum, melainkan makna khusus dari hidup
seseorang pada suatu saat tertentu. Setiap manusia memiliki pekerjaan dan misi
untuk menyelesaikan tugas khusus. Dalam kaitan dengan tugas tersebut dia tidak
bisa digantikan dan hidupnya tidak bisa diulang. Karena itu, manusia memiliki
tugas yang unik dan kesempatan unik untuk menyelesaikan tugasnya (Frankl,
2004).
Kerangka
berpikir teori kepribadian model logoterapi dan dinamika kepribadiannya dapat
digambarkan sebagai berikut.
ð Pertama,
setiap orang selalu mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya. Dalam pandangan
logoterapi, kebahagiaan itu tidak datang begitu saja, tetapi merupakan akibat
sampingan dari keberhasilan seseorang memenuhi keinginannya untuk hidup
bermakna (the will to meaning). Mereka yang berhasil memenuhinya akan mengalami
hidup yang bermakna (meaningful life) dan ganjaran (reward) dari hidup yang
bermakna adalah kebahagiaan (happiness).
ð Kedua,
jika mereka yang tak berhasil memenuhi motivasi ini akan mengalami kekecewaan
dan kehampaan hidup serta merasakan hidupnya tidak bermakna (meaningless).
Kondisi ini apabila tidak teratasi dapat mengakibatkan gangguan neurosis
(noogenik neurosis), mengembangkan karakter totaliter (totalitarianism) dan
konformis (conformism).
ð Ketiga,
Frankl menentang pendirian dalam psikologi dan psikoterapi bahwa manusia
ditentukan oleh kondisi biologis, konflik-konflik masa kanak-kanak, atau
kekuatan lain dari luar. Ia berpendapat bahwa kebebasan manusia merupakan
kebebasan yang berada dalam batas-batas tertentu. Manusia dianggap sebagai
makhluk yang memiliki berbagai potensi luar biasa, tetapi sekaligus memiliki
keterbatasan dalam aspek ragawi, aspek kejiwaan, aspek sosial budaya dan aspek
kerohanian.
ð Keempat,
kebebasan manusia bukan merupakan kebebasan dari (freedom from) bawaan
biologis, kondisi psikososial dan kesejarahannya, melainkan kebebasan untuk
menentukan sikap (freedom to take a stand) secara sadar dan menerima tanggung
jawab terhadap kondisi-kondisi tersebut, baik kondisi lingkungan maupun kondisi
diri sendiri. Dengan demikian, kebebasan yang dimaksud Frankl bukanlah lari
dari persoalan yang sebenarnya harus dihadapi.
ð Kelima,
dalam berperilaku, manusia berusaha mengarahkan dirinya sendiri pada sesuatu
yang ingin dicapainya, yaitu makna. Keinginan akan makna inilah yang mendorong
setiap manusia untuk melakukan berbagai kegiatan agar hidupnya dirasakan
berarti dan berharga. Namun, Frankl tidak sependapat dengan prinsip
determinisme dan berkeyakinan bahwa manusia dalam berperilaku terdorong
mengurangi ketegangan agar memperoleh keseimbangan dan mengarahkan dirinya
sendiri menuju tujuan tertentu yang layak bagi dirinya.
- Tujuan Logoterapi
Tujuan
dari logoterapi adalah agar setiap pribadi:
a.
memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada
setiap orang terlepas dari ras, keyakinan dan agama yang dianutnya.
b.
menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan.
c.
memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk
mampu tegak kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan
diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih bermakna.
Pandangan
Logoterapi terhadap Manusia
a.
Menurut Frankl manusia merupakan kesatuan utuh dimensi ragawi, kejiwaan dan
spiritual. Unitas bio-psiko-spiritual.
b.
Frankl menyatakan bahwa manusia memiliki dimensi spiritual yang terintegrasi
dengan dimensi ragawai dan kejiwaan. Perlu dipahami bahwa sebutan
“spirituality” dalam logoterapi tidak mengandung konotasi keagamaan karena
dimensi ini dimiliki manusia tanpa memandang ras, ideologi, agama dan
keyakinannya. Oleh karena itulah Frankl menggunakan istilah noetic sebagai
padanan dari spirituality, supaya tidak disalahpahami sebagai konsep agama.
c.
Dengan adanya dimensi noetic ini manusia mampu melakukan self-detachment, yakni
dengan sadar mengambil jarak terhadap dirinya serta mampu meninjau dan menilai
dirinya sendiri.
d.
Manusia adalah makhluk yang terbuka terhadap dunia luar serta senantiasa
berinteraksi dengan sesama manusia dalam lingkungan sosial-budaya serta mampu
mengolah lingkungan fisik di sekitarnya.
Frankl
menyimpulkan bahwa makna hidup bisa ditemukan melalui tiga cara, yaitu:
a. Nilai Kreatif
Nilai
kreatif dapat diraih melalui berbagai kegiatan. Pada dasarnya seorang bisa
mengalami stress jika terlalu banyak beban pekerjaan, namun ternyata seseorang
akan merasa hampa dan stress pula jika tidak ada kegiatan yang dilakukannya.
Kegiatan yang dimaksud tidaklah semata-mata kegiatan mencari uang, namun
pekerjaan yang membuat seorang dapat
merealisasikan potensi-potensinya sebagai sesuatu yang dinilainya
berharga bagi dirinya sendiri atau orang lain maupun kepada Tuhan.
b. Nilai Penghayatan
Nilai
penghayatan menurut Frankl dapat dikatakan berbeda dari nilai kreatif karena
cara memperoleh nilai penghayatan adalah dengan menerima apa yang ada dengan
penuh pemaknaan dan penghayatan yang mendalam. Realisasi nilai penghayatan
dapat dicapai dengan berbagai macam bentuk penghayatan terhadap keindahan, rasa
cinta dan memahami suatu kebenaran. Makna hidup dapat diraih melalui berbagai
momen maupun hanya dari sebuah momen tunggal yang sangat mengesankan bagi
seseorang misalnya memaknai hasil karya sendiri yang dinikmati orang lain.
c. Nilai Bersikap
Nilai
terakhir adalah nilai bersikap. Nilai ini sering dianggap paling tinggi karena
di dalam menerima kehilangan kita terhadap kreativitas maupun kehilangan
kesempatan untuk menerima cinta kasih, manusia tetap bisa mencapai makna
hidupnya melalui penyikapan terhadap apa yang terjadi. Bahkan di dalam suatu
musibah yang tak terelakan, seorang masih bisa dijadikannya suatu momen yang
sangat bermakan dengan cara menyikapinya secara tepat. Dengan perkataan lain
penderitaan yang dialami seseorang masih tetap dapat memberikan makna bagi
dirinya.
sumber:
Comments
Post a Comment