Skip to main content

SOFTSKILL SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI I

A. Pengertian Sistem Informasi

1. Konsep Dasar Sistem
   Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Secara sederhana sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen, atau variabel-variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi, saling tergantung satu sama lain dan terpadu. Sistem bisa berupa abstraksi atau fisis (Gordon B. Davis, 2002). Sistem yang abstrak adalah susunan yang teratur dari gagasan-gagasan atau konsepsi yang saling tergantung. Sedangkan sistem yang bersifat fisis adalah serangkaian unsur yang bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan (Tata Sutabri, 2004).
   Dari definisi di atas maka dapat diketahui manfaat sistem yaitu untuk menyatukan atau mengintegrasikan semua unsur yang ada dalam suatu ruang lingkup, dimana komponen-komponen tersebut tidak dapat berdiri sendiri. Komponen atau sub sistem harus saling berintegrasi dan saling berhubungan untuk membentuk satu kesatuan sehingga sasaran dan tujuan dari sistem tersebut dapat tercapai. Pendekatan sistem yang merupakan kumpulan dari komponen atau elemen-elemen merupakan definisi yang lebih luas dibandingkan dengan pendekatan sistem yang prosedural.
Definisi lain dari sistem adalah kumpulan dari bagian-bagian yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama atau sekumpulan objek-objek yang saling berelasi dan berinteraksi (Hanif Al Fata, 2007).

2. Konsep Dasar Serta Pengertian Data dan Informasi
   Data dalah kumpulan fakta yang tidak teroganisir. Pengolahan data akan mengubah data mentah menjadi informasi (Nurwono, 1994). Informasi adalah hasil pengolahan data yang diperoleh dari setiap elemen sistem menjadi bentuk yang mudah dipahami oleh penerimanya dan informasi ini menggambarkan kejadian-kejadian nyata untuk menambah pemahamannya terhadap fakta-fakta yang ada, sehingga dapat digunakan untuk pengambilan suatu keputusan. Sumber informasi adalah data. Data adalah kenyataan yang menggambarkan kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata (Tata Sutabri, 2004).
Kualitas dari suatu informasi tergantung dari 3 (tiga) hal yaitu :
a. Akurat (accurate)
Informasi harus bebas dari kesalahan dan tidak boleh menyesatkan. Akurat juga berarti bahwa informasi harus jelas mencerminkan maksudnya.
b. Tepat waktu (timelines)
Informasi yang sampai pada penerima tidak boleh tertunda. Informasi yang sudah usang nilainya akan berkurang. Karena informasi merupakan landasan didalam pengambilan suatu keputusan.
c. Relevan (relevance)
Informasi tersebut mempunyai manfaat untuk penggunanya. Relevansi informasi untuk setiap orang, satu dan lainnya pasti berbeda.

3. Transformasi Data Menjadi Informasi
   Data hanyalah sekumpulan fakta. Namun fakta-fakta tersebut bisa memberikan suatu informasi penting setelah diolah oleh proses-proses pengolahan, analisis, dan sintesis. Pada sistem terkomputerisasi proses penyimpanan data, proses pengolahan, analisis, dan sintesis dan proses penampilan informasi bisa dilakukan oleh komputer.

4. Pengertian Sistem Informasi
   Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang bersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan (Tata Sutabri, 2004).
Manfaat adanya sistem informasi dalam suatu instansi yaitu:
a.      Menyajikan informasi guna mendukung pengambilan suatu keputusan.
b.      Menyajikan informasi guna mendukung operasi harian.
c.      Menyajikan informasi yang berkenaan dengan kepengurusan.

Beberapa komponen sistem informasi dapat diklasifikasikan sebagai :
a.   Perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yang berfungsi sebagai mesin.
b.  Manusia (people) dan prosedur (procedures) yang merupakan manusia dan tata cara menggunakan mesin.
c. Data merupakan jembatan penghubung antara manusia dan mesin agar terjadi suatu proses pengolahan data.


B. Pengertian Sistem Informasi Psikologi

1. Sistem Informasi Psikologi

a. Aspek psikologis dalam perkembangan Organisasi berbasis Sistem Informasi 
   Psikologi didefinisikan sebagai kajian ilmiah tentang tingkahlaku dalam proses mental organisasi. Aspek psikologi sebenarnya lebih mengarah kepada manusia sebagai pengguna sistem informasi yang ada. Berdasarkan analisa ICT Watch, maraknya aksi cyberfraud yang terjadi di warnet disebabkan karena tidak adanya kajian dan analisa dampak psikologis oleh para pemilik modal sebelum mendirikan suatu warnet di daerah tertentu. Internet mulai berkembang di Indonesia sejak masuknya PT Indo Internet, sebagai ISP komersial pertama, tahun 1994. Keyakinan bahwa warnet dapat menjadi sebuah solusi dalam menjembatani kesenjangan informasi sekaligus meningkatkan penetrasi Internet di Indonesia, sehingga bermunculan proposal pendirian warnet dengan varian nama yang beragam. Dari sekian banyak proposal tersebut, dan dari sekian banyak warnet yang telah berdiri, nyaris tidak ada yang memasukkan atau melakukan analisa dampak psikologis. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab pergesaran fungsi mulia warnet, yang pada awalnya ditujukan sebagai solusi dalam menjembatani kesenjangan informasi menjadi sarang bagi para pelaku cybercrime. 
   Menurut analisa dari ICT Watch, kondisi ini terjadi karena kekosongan mengenai pembahasan social cost, yakni untuk mengadakan pelatihan atau pendidikan kepada masyarakat sekitar sebagai sebuah tanggung-jawab psikologis, sehingga Warnet sebenarnya bukan hanya berbicara mengenai margin keuntungan semata. Apa yang diungkapkan oleh ICT Watch tersebut merupakan satu bagian yang menunjukkan pentingnya perhatian auditor terhadap lingkungan audit berbasis sistem informasi. Sebenarnya perhatian terhadap aspek psikologis bukan hanya dalam lingkungan audit berbasis sistem informasi, namun juga dapat terjadi pada aspek lain selain aspek audit. Memang isu Audit Sistem Informasi merupakan isu yang tergolong cukup baru dalam konteks Indonesia. Penelitian lebih jauh sangat diperlukan dalam aspek ini, sebagai salah satu bagian yang dapat dilakukan dalam konteks perkembangan teknologi informasi. Merupakan hal yang sudah menjadi wacana umum, jika karyawan yang berumur memiliki resistant to change yang lebih besar terhadap lingkungan berbasis information system. Menurut penelitian yang dilakukan oleh pakar Psikologi Roger Morrell, orang yang sudah berumur punya tingkat kesulitan lebih tinggi untuk menyeleksi informasi yang masuk, mana yang penting dan mana yang kurang penting, dibandingkan dengan orang-orang yang lebih muda umurnya. Seiring dnegan penambahan umur pada manusia, diikuti dengan penurunan kapasitas ingatan, hal ini menyebabkan, penerimaan informasi yang terlalu banyak akan mempengaruhi kemampuan para lanjut usia memproses informasi yang penting. 
   Penelitian yang dilakukan oleh Roger Morrell tersebut merupakan salah satu aspek Psikologis yang harus diperhatikan oleh organisasi terutama Auditor. Pemahaman terhadap aspek Psikologis ini merupakan hal yang sangat jarang sekali dibahas dalam ruang lingkup Audit, namun pemahaman terhadap aspek psikologis akan memudahkan auditor dalam melakukan penugasan audit dalam lingkungan berbasis Audit Sistem Informasi dan juga sebagai dasar dalam memberikan rekomendasi yang lebih tepat. Aspek Psikologis dalam hal ini dibagi menjadi dua, yakni aspek error dan aspek fraud.

b. Aspek Error dalam konteks Psikologi perkembangan Organisasi berbasis Information Systems
   Aspek error merupakan isu resiko yang terdapat dalam lingkungan berbasis Audit Sistem Informasi yang disebabkan oleh ketidaksengajaan. Beberapa point yang harus diperhatikan oleh Auditor dalam aspek error dalam lingkungan berbasis Audit Sistem Informasi:

• Lack of Information. Kekurangan informasi yang diterima oleh user mengenai aplikasi atau teknologi informasi (IT) yang dimiliki oleh organisasi akan menyebabkan user kekurangan pengetahuan maupun kemampuan dalam menggunakan aplikasi yang diimplementasikan oleh organisasi. Hal ini akan menyebabkan user seringkali melakukan error dalam mengoperasikan aplikasi yang ada, sehingga data yang diolah dapat berisiko tinggi, dengan tingkat kesalahan yang cukup besar.
• Too much jargon. Selain kekurangan informasi, jargon atau istilah yang terlalu beragam dalam aplikasi akan membuat user bingung dalam mengoperasikan aplikasi yang ada. Hal ini terutama terjadi pada karyawan yang sudah berumur, sehingga tingkat  kompleksitas dari istilah yang digunakan dapat mempengaruh  resiko tingkat error yang terjadi.
• Technophobia. Pengalaman yang buruk terhadap teknologi informasi (IT) dapat menjadi trauma tersendiri bagi seseorang atau karyawan. Dampak yang paling buruk dapat menyebabkan seseorang atau karyawan menjadi technophobia. Kesalahan penanganan terhadap technophobia dapat menyebabkan kerugian bagi individu karyawan maupun kerugian besar bagi organisasi bisnis dalam bentuk kesalahan – kesalahan maupun kehancuran data yang dimiliki oleh organisasi bisnis.

c. Aspek Fraud dalam konteks Psikologi perkembangan Organisasi berbasis Sistem Informasi
   Selain aspek error, terdapat juga aspek Fraud yang merupakan isu resiko dalam lingkungan Audit Sistem Informasi. Fraud merupakan aspek yang dilakukan dengan oleh karyawan, dengan tujuan untuk keuntungan diri sendiri yang tentu saja menjadi kerugian bagi organisasi bisnis. Dalam lingkungan berbasis Audit Sistem Informasi, fraud yang dilakukan karyawan berkenan dengan isu resiko terhadap asset organisasi bisnis, baik asset berupa keuangan (financial loss) maupun asset berupa informasi (non-financial loss) organisasi bisnis.
   Fraud yang terjadi dalam lingkungan Audit Sistem Informasi, dikenal dengan istilah Computer Fraud, yakni lebih ditujukan untuk penyelewengan sumberdaya sistem informasi atau komputer yang lebih banyak merugikan keuangan di suatu organisasi oleh orang dalam. Pelaku Computer Fraud biasanya memiliki pengetahuan memadai dan keahlian tentang sistem komputer dan menggunakan komputer sebagai target kejahatan. Namun, tetap perlu diingat, dalam lingkungan Audit berbasis Sistem Informasi, tidak semua kejahatan yang dilakukan menggunakan komputer masuk ke kategori kejahatan komputer. Upaya penggelapan pajak dimana perhitungannya memakai komputer, membeli barang via internet memakai nomor kartu kredit orang lain, mencuri komputer, dsb tidak masuk kategori kejahatan komputer. Kasus pembobolan Bank Indonesia, meruapakan salah satu contoh dari beberapa kasus kejahatan komputer pernah terjadi di Indonesia.
   Pembobolan tersebut terjadi bulan Juli 1996 ketika melakukan pembobolan sejumlah 6,6 Miliar dengan menggunakan bantuan komputer.

C. Pengertian Sistem Informasi Berbasis Komputer

1. Sistem Informasi Berbasis Komputer
   Dewasa ini sistem informasi berbasis komputer sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Dalam keseharian manusia dapat dikatan menggunakan peralatan berbasis teknologi komputer. Manusia sangat memerlukan informasi-informasi untuk menambah wawasan, membantu pekerjaan sehari-hari dan kualitas hidupnya. Oleh karena itulah banyak peneliti yang menciptakan berbagai perangkat berbasis komputer yang ditujukan untuk memudahkan manusia dalam pengaplikasiaannya.
   Definisi Sistem  adalah suatu kesatuan usaha yang terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha mencapai suatu tujuan dalam suatu lingkungan yang kompleks atau merupakankumpulan dari beberapa elemen yang saling berintegrasi untuk mencapai tujuan tertentu. Elemen-elemen yang mewakili suatu sistem secara umum adalah masukan (input), pengolahan (processing) dan keluaran (output). Elemen-elemen sistem secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut :
OUTPUT     —–>    PROCESSING —–>  INPUT
Sistem mempunyai karakteristik atau sifat – sifat tertentu, yaitu :
1. Komponen Sistem
2. Batasan Sistem
3. Lingkungan Luar Sistem
4. Penghubung Sistem
5. Masukan Sistem
6. Keluaran Sistem
7. Pengolahan Sistem
8. Sasaran Sistem
   Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna dan menjadi  berarti bagi       penerimanya. Kegunaan informasi adalah untuk mengurangi ketidakpastian di dalam proses pengambilan keputusan tentang suatu keadaan. Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya untuk mendapatkan informasi tersebut.
Kualitas informasi sangat dipengaruhi atau ditentukan oleh beberapa hal yaitu :
a. Relevan (Relevancy)
b. Akurat (Accurancy)
c. Tepat waktu (Time liness)
d. Ekonomis (Economy)
e. Efisien (Efficiency)
f. Ketersediaan (Availability)
g. Dapat dipercaya (Reliability)
h. Konsisten
   Computer Based Information System (CBIS) atau yang dalam Bahasa Indonesia disebut juga Sistem Informasi Berbasis Komputer merupakan sistem pengolah data menjadi sebuah informasi yang berkualitas, berguna bagi penerimanya, dan dipergunakan untuk suatu alat bantu pengambilan keputusan. Sistem Informasi “berbasis komputer” mengandung arti bahwa komputer memainkan peranan penting dalam sebuah sistem informasi.

a. Konsep Dasar Sistem Pakar
   Sistem pakar mencakup beberapa persoalan mendasar, antara lain siapa yang disebut pakar, apa yang dimaksud dengan keahlian, bagaimana keahlian dapat ditransfer, dan bagaimana sistem bekerja. Menurut Turban dan Frenzel, konsep dasar sistem pakar terdiri atas:
1)      Kepakaran (Expertise)
Kepakaran merupakan penguasaan pengetahuan di bidang tertentu yang diperoleh dari serangkaian pelatihan, membaca atau pengalaman.
2)      Pakar (Expert)
Seorang pakar adalah orang yang memiliki pengetahuan, penilaian, pengalaman, metode khusus, serta kemampuan untuk menerapkan bakat ini dalam memberi nasihat dan memecahkan masalah.
3)      Pengalihan Kepakaran
Tujuan utama sistem pakar adalah mengalihkan kepakaran seorang pakar dalam computer yang akan digunakan oleh pihak lain yang bukan pakar, untuk menemukan solusi atas permasalahan. Pengetahuan yang disimpan dalam mesin disebut dengan nama basis pengetahuan.
4)      Penalaran (Inference)
Salah satu fitur yang harus dimiliki oleh sistem pakar adalah kemampuan untuk menalar. Jika kepakaran sudah tersimpan sebagai basis pengetahuan dan tersedia program yang mampu mengakses data, maka computer harus dapat deprogram untuk membuat inferensi. Proses kesimpulan ini dikemas dalam bentuk motor inferensi.
5)      Aturan – aturan (Rules)
Sebagian besar sistem pakar adalah sistem berbasis aturan. Aturan tersebut biasanya berbentuk IF – THEN. Aturan digunakan sebagai prosedur untuk memecahkan permasalahan.
6)      Kemampuan Penjelasan (Explanation Capability)
Kemampuan menjelaskan merupakan komponen tambahan dari sistem pakar yang berfungsi untuk memberikan penjelasan kepada user mengapa suatu pertanyaan ditanyakan oleh sistem pakar, bagaimana kesimpulan dapat diperoleh, kenapa solusi tertentu ditolak, dan apa rencana untuk mencapai solusi.

b. Struktur Sistem Pakar
Menurut Turban dan Frenzel sistem pakar disusun oleh dua bagian utama, yaitu lingkungan pengembangan (development environment) dan linkungan konsultasi (consultation environment). Lingkungan pengembangan digunakan sebagai pembangunan sistem pakar baik dari segi pembangunan komponen maupun basis pengetahuan. Lingkungan konsultasi digunakan oleh seseorang yang bukan pakar untuk memperoleh pengetahuan pakar.

Sumber: 

Comments

Popular posts from this blog

PSIKOTERAPI: Pengertian, Tujuan, Perbedaan Konseling dengan Psikoterapi, Pendekatan Psikoterapi Terhadap Mental Illness Menurut J.P Chaplin, Bentuk Utama dari Terapi Supportive, Reeducative dan Reconstructive

Nama        : Astrid Dwi Kurnia NPM          : 11513464 Kelas        : 3PA16 Tugas       : 1 1. PENGERTIAN PSIKOTERAPI Dilihat secara etimologis psikoterapi mempunyai arti sederhana, yakni “psyche” yang artinya jelas yaitu “mind” atau sederhananya: jiwa dan “therapy” mengasuh, sehingga psikoterapi dalam arti sempitnya adalah “perawatan terhadap aspek kejiwaan” seseorang. Pengertian psikoterapi menurut beberapa tokoh: Watson & Morse (1977) Bentuk khusus dari interaksi antara dua orang, pasien dan terapis, pada mana pasien memulai interaksi karena ia mencari bantuan psikologik dan terapis menyusun interaksi dengan mempergunakan dasar psikologik untuk membantu pasien meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dalam kehidupannya dengan mengubah pikiran, perasaan dan tindakannya, Corsini (1989) Psikoterapi adalah proses formal dari interaksi antara dua pihak, setiap pihak biasanya terdiri dari satu oran, tetapi ada kemungkinan

Pengalaman Aku Membantu Kucing Melahirkan dan 11 Ekor Kucing yang Aku Punya

HI CAT LOVERS! Kali ini aku mau bagi pengalaman ku mengenai kucing yang akan melahirkan. Pengalaman aku membantu kucingku yang akan melahirkan waktu itu si muffy dan si ibbon juga. MUFFY TADAAAAA ini dia yang namanya Muffy, dia kucing hasil uang tabungan aku dan di ijinin karna ranking 9 haha. diaaa nurut bangettt, sekilas cerita tentang dia dulu boleh ya? jadi dia itu penurut bgt guys, kadang suka bobo di kursi ruang tamu.  terus dia juga kalo ada kucing berantem yang lagi ribut di dkt rumah / depan rumah pasti dia ikut lari datengin 2 kucing lg ribut, entah dia lagi belain salah satunya atau lagi melerai mereka yang bertengkar . hehe baik sekali! tapi kadang dia kalo ga sabaran untuk kawin dia kawin sama kucing liar :( sampai suatu hari itu dia kawin sama kucing liar trus belum waktu bulan dia mau melahirkan, waktu itu aku sama keluarga lagi pergi dan kebetulan cuma ada lek ku di rumah yauda aku cuma ilang taruh aja kucingnya di lemari box di bawah taruhin

Kesehatan Mental : Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan , STRES

Tugas ke        : 2 Nama             : ASTRID DWI KURNIA Kelas               : 2PA16 NPM               : 11513464 1. PENYESUAIAN DIRI DAN PERTUMBUHAN A. Penyesuaian Diri Pengertian penyesuaian diri adalah proses yang diharapi oleh individu dalam mengenal lingkungan yang baru. Menurut Schneiders (1964), pengertian penyesuaian diri dapat ditiinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: Penyesuaian sebagai adaptasi Penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas Penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah proses dinamik dalam interaksi individu dengan diri sendiri, orang lain dan lingkungan yang mencakup respon-respon mental dan perilaku untuk menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik dan mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari luar diri individu. Penyesuaian diri memiliki karakteritistik yang dapat diamati. Karakteri